Tidak mudah untuk langsung menerima.

Tetiba pengen nulis aja, karna gak ngerti gimana mesti cerita. 
aku yakin beberapa perempuan diantara kalian pasti ada yang merasakan hal yang sama denganku.
yaitu : Belum siap 

aku menikah bulan April lalu tepatnya tanggal 11, 2019. 
sama seperti pada umumnya pasangan pengantin baru kami sangat menikmati hari demi hari yang sudah sah dengan status suami - Istri. 

aku dan suami tinggal di rumah mertua, dan selalu menyempatkan diri untuk quality time setiap akhir pekan. semua berjalan dengan sangat nyaman walaupun seringkali ada keributan kecil yang wajar terjadi dalam sebuah pernikahan.

kemudian, tepatnya satu bulan sebelum lebaran idul fitri kemarin.
aku sering mengeluh mengenai fisik yang makin kesini semakin terasa sakit dan gampang banget demam disertai nyeri pinggang yang pikirku mungkin udah waktunya,haid
tapi tak kunjung haid juga, sebelumnya aku memang memiliki riwayat haid yang tidak teratur jadi gak sempet kepikiran kalo lagi Hamil. karna kebetulan pas nyoba tespact hasilnya juga Negatif . 

ya waktu itu pernah dua kali tespact dan hasilnya negatif ada perasaan sedih. 
karna takut jika apa yang di katakan dokter waktu itu terbukti benar, perempuan yang memiliki riwayat siklus haid yang  tidak teratur akan cenderung sulit memiliki keturunan. 

sampai pada akhirnya sekitar tanggal 26 Juni 2019 tepat ba'da subuh aku mencoba kembali tespact guna untuk memastikan, jika hasil negatif rencana mau kembali konsul ke dokter. tapi syukur Alhamdulillah hasilnya Positif. 

apa saat itu aku langsung bahagia? tidak, aku justru kaget dan bingung harus bagaimana, antara harus sedih atau harus bahagia. ini yang akan aku jelaskan  maksud dari 
belum siap tadi.

ya, bener. aku belum siap dengan statusku yang sebentar lagi akan menjadi seorang Ibu. 
aku belum siap mentalku dan belum cukup bisa menerima status baruku nanti sebagai seorang ibu, kenapa? karena dari awal yang aku pikirkan adalah kita harus memperbaiki dulu kehidupan finansial kita sebelum akhirnya kita memiliki momongan, dan juga masih ada beberapa keinginan untuk traveling menikmati masa-masa berdua sama suami, keinginan untuk lebih bisa saling memahami, mengisi dan menerima. aku masih punya keinginan untuk giat bekerja supaya bisa membantu suami dalam mewujudkan keinginan kita untuk memiliki apapunnya secara mandiri tanpa bantuan dari orang tua lagi. 
tapi semua seolah sirna, awalnya aku selalu menyalahkan kenapa aku harus hamil secepat ini, awalnya aku selalu menyalahkan karna hamil semua aktivitasku terganggu sangat terganggu, aku yang tadinya bisa melakukan apa saja semenjak hamil semua aktivitas yang tadinya ringan menjadi berat. aku yang mandiri berubah menjadi perempuan lemah. aku terus menyalahkan diriku sendiri atas kehamilan yang seharusnya aku syukuri. 
usia kandunganku pada waktu itu sudah berjalan 7minggu yang artinya aku sudah hamil sejak aku sering mengeluh sakit. 
dan  disitu aku sedikit bangga dengan janinku yang cukup kuat, dia dari pagi sampe malem diajak ngapain aja gak pernah ada flek, sampek aku kepleset-pun dia juga baik-baik aja. 

"Tapikan kamu juga kayanya ngebet banget pengen cepet punya anak"

Hehehe, jujur sebenernya ngebetku itu cuma buat buktiin bener gak sih siklus haid gak teratur tuh bakalan susah punya anak, ternyata enggak. jadi begitu dikasih sama Allah SWT, aku bener-bener kaget yang belum sepenuhnya siap karna ya balik lagi intinya yang aku pikirin masih seneng-seneng antara aku dan suamiku aja. 

balik ke belum siap tadi. 
aku masih bener-bener awam tetang kehamilan, tadinya ku pikir hamil itu cuma perkara perubahan fisik aja ternyata SALAH BESAR!!!
aku bener-bener di uji banget, perasaan lebih sensitif banget dan makan apa saja itu sangat sulit dicerna, beruntung bisa ketelen tapi setelah itu pasti muntah. Hingga di titik aku pernah ngomong sama ALLAH, aku gak kuat kaya gini terus tapi aku percaya dan yakin Engkau tau mana yang terbaik untukku. 
setiap selesai makan aku pasti muntah sampai aku nangis karna sakit dan jengkel, ya laper tapi gimana lagi pengen muntah dan gak bisa di tahan.

dalam kondisi seperti itu aku masih sempetin diri bantuin keluarga di pasar, semua bilang aku pucetlah,lemeslah tapi aku masih berusaha tetep kuat. gimana caranya? ya ketika aku kerja aku lupain masalah kehamilanku, Egois banget emang awalnya. sampek akhirnya aku bener-bener drop banget karna terus maksain diri. 

dan di kehamilan pertama ini, aku jauh dari suami. 
kita LDM, awalnya aku biasa aja karna memang sudah terbiasa long distance. tapi makin kesini ada perasaan kepengen banget ditemenin dan dimanjain suami. 
pernah sangat jengkel dengan suami karna kadang ketika jenguk aku, dia malah sibuk ngurus keponakan dan handphone, seolah lupa tujuan pertamanya adalah Istri. itu adalah perkara kecil yang belum suami pahami dari keinginan Ibu hamil adalah pengennya di perhatiin fokusnya ke istri selama ada waktu bersama. 
aku sendiri bingung gimana cara ngungkapin itu ke suami, hingga Alhamdulillah dia ada di titik kesadaranya sendiri, kemarin ketika berkunjung ke rumah dia begitu hangat dan tulus dalam merawatku, tidak seperti biasanya yang cenderung sibuk bersama dengan keponakan-keponakan. 

aku gak ngerti kenapa sekarang jauh lebih cemburu atau karna faktor hormon gak ngertilah, pokoknya yang aku mau cuma "kalo niat ketemu aku ya aku aja jangan sibuk sama yang lain" 

dari perubahan kecil suamiku, aku merasa diperhatikan. Dan aku mulai bisa menerima kehamilanku ini, aku mulai berusaha membuat diriku nyaman menikmati pait manisnya proses ini. walaupun aku masih tetap sulit untuk makan dan tidur, setidaknya aku sudah mulai mau menjaga, menerima ikhlas tanpa perlu menyalahkan anak dalam rahimku lagi. karena memang dia tidak bersalah, aku seharusnya lebih bersyukur diberikan kemudahan dalam memiliki keturunan, karna di luar sana banyak sekali yang mengharapkan namun begitu sulit mendapatkan. 

kamu tau? ternyata Suami berperan sangat penting untuk mental seorang perempuan ketika sedang mengandung. karena perhatian dan perilaku kecil yang diberikan seorang suami kepada Istrinya selalu membuat hatinya merasa bahagia yang akan membawa energi positif untuk bayi dalam kandunganya. 

jadi untuk para suami di luar sana, yang mungkin sibuk dalam mencari nafkah jangan pernah lupa untuk tetap selalu memberikan perhatian hangat untuk sang istri baik ketika sedang mengandung maupun tidak, uang memang sangat dibutuhkan namun jangan sampai uang membuatmu lupa bahwa kebahagian seorang istri tidak melulu di ukur dari segi materi yang artinya terkadang yang istri perlukan hanyalah waktu dan kebersamaan..
jangan sampai melewatkan momen menemani istrimu berjuang demi melahirkan sang buah hati, jangan sampai kehilangan waktu dalam memperhatikan tumbuh kembang anak karena terlalu gila bekerja, jadilah cukup yang selalu bersyukur. Bukan yang selalu berkekurangan meskipun sifat manusia adalah rakus dan selalu merasa kurang. 

Terimakasih untuk Mama yang selalu mau aku repotkan, letih yang semakin letih karna ditambah mengurusku lagi yang masih dalam tahapan trimester pertama yang sering rewel, Terimakasih Bapa yang selalu menyempatkan menuruti bahkan membelikan aku ini dan itu agar supaya aku mau makan.
Terimakasih untuk Adikku yang selalu menemaniku.
dan Terimakasih untuk Suamiku yang sudah bekerja cukup keras untuk aku dan keluarga kecil kita. 

love you





















Komentar

Postingan populer dari blog ini

DWITASARI PLAGIAT,AWWW

Nanti

Deary yona